Kali ini saya
ingin mengulas tentang fasilitas umum di Kota Bandung. Sebagai pendatang, tamu
yang tinggal beberapa hari, tentunya punya kesan atau pandangan tersendiri
tentang Kota Bandung, khususnya yang berkaitan dengan fasilitas umum. Ada tiga
poin saja yang akan saya bahas, diantaranya taman (ruang terbuka hijau), dan
angkutan umum.
Taman Bertema
Mengenai taman bertema di Kota
Bandung, beberapa kali sudah saya sentil pada tulisan sebelumnya (Klik di sini).
Informasi ini sudah menjadi buah bibir di berbagai media massa. Pak Ridwan
Kamil (Walikota Bandung) pernah membicarakannya di acara Ini_Talkshow @NET TV
yang dipandu Kang Sule dan Andre.
Sejauh yang saya lihat selama
mengelilingi Kota Bandung, ada taman musik, taman lansia, taman foto, taman
jomblo, dan lainnya. Taman tersebut menambah keindahan dan keunikan Kota
Bandung. Itulah ciri khas Bandung. Selain itu, kehidupan di kota besar memang membutuhkan
ruang terbuka hijau yang cukup banyak. Coba perhatikan saja di kompleks
perumahan masyarakat biasa (bukan kalangan elit), hampir sudah tidak ada lagi halaman
untuk tempat bermain bagi anak-anak. Bagaimana nasib anak-anak di masa depan
jika tidak bisa bermain dengan baik ?
![]() |
Taman foto, salah satu taman bertema di Bandung |
Kehadiran taman menjadi space yang nyaman bagi masyarakat untuk
bersosialisasi, bermain, dan aktivitas rekreatif lainnya. Paling tidak,
keberadaan taman bisa mereduksi stressor yang biasanya tinggi di daerah dengan
penduduk yang padat. Sebagai pendatang, saya merasa takjub melihat taman yang
tertata dengan rapi seperti itu. Salut bagi yang memiliki ide cemerlang dalam
menciptakan taman dengan tema tertentu.
Gelora ‘Lautan Api’ di Tegalega
Lapangan Tegalega merupakan salah
satu ruang terbuka hijau yang sempat saya kunjungi selama berada di Kota
Bandung. Dua hari berturut-turut, Sabtu (24/1) dan Minggu (25/1) pagi saya
bermain ke sana. Setiap saya datang pasti selalu ramai dipadati oleh penduduk
yang ingin berolahraga, belanja, mengikuti event
tertentu atau hanya sekedar jalan santai di pagi hari.
![]() |
Situasi di salah satu sudut Tegalega |
Jika ingin masuk ke dalam area
taman, kita mesti membeli tiket masuk seharga seribu rupiah. Sangat murah
tentunya. Dari pintu masuk, warga yang datang sudah berjubel. Di sekeliling
lapangan yang luas itu ditumbuhi pohon yang sudah besar, tinggi nan rindang. Lapangan
yang luas di bagian dalam dikelilingi oleh jalan umum, dan dipagari. Sepanjang jalan
di luar lapangan itulah berderat para pedagang. Macam-macam dagangannya. Ada pakaian,
peralatan dapur, obat-obatan tradisional, buah-buahan, dan masih banyak lagi.
![]() |
Saya dan Dion (baju hitam) bermain badminton di Tegalega |
Lapangannya sendiri sangat luas. Ditengahnya berdiri kokoh tugu Bandung
Lautan Api. Lapangan itu sering digunakan untuk olahraga senam, badminton,
futsal, bersepeda, jogging, dan jenis yang lain. Selain itu, biasa juga
dijadikan tempat konser, acara-acara dari beberapa stasiun TV, dan pertunjukkan
seni lainnya. Pokoknya multifungsi.
![]() |
Neng Vita (kiri) dan Neng Sinta (kanan) juga bermain badminton |
Selama 2 kali berkunjung ke sana, selain sekedar melihat barang-barang yang
dijual, satu hal yang paling saya suka adalah main badminton. Di sana sudah
disediakan begitu banyak lapangan mini dengan net sederhana. Kita hanya menyewa
2 raket dengan kok (bola badminton) seharga Rp. 5.000. Hanya itu, selebihnya
kita bebas main sepuasnya. Tidak ada batas waktu penggunaan lapangan dan alat
permainan. Hanya rasa lelah yang membatasi kita untuk segera mengakhiri
permainan, namun selama Anda masih kuat, silahkan main sesukanya. Pengalaman seperti
itu merupakan hal baru bagi saya, dan tentunya sangat menyenangkan. Seandainya saya
berdomisili dalam waktu yang lama di Bandung, mungkin di sanalah tempat saya
memulai hari yang luar biasa. Jiwa semakin
bergelora layaknya lautan api. Sama seperti semangat yang dipesankan
oleh monumen yang ada ditengahnya.
Angkutan Umum
Angkutan umum yang saya maksudkan di
sini adalah bemo angkutan kota (ankot) yang beroperasi di Bandung. Sebenarnya saya
sangat penasaran dengan mobil wisata gratis “Bandros : Bandung Tour On Bus ”,
yang pernah diperkenalkan oleh Pak Ridwan Kamil di berbagai media massa. Namun,
menurut informasi dari sahabat saya Lalonk, Bus tersebut hanya melewati jalur
tertentu saja. Itulah yang membuat kami lebih memilih angkot saat berkeliling
Kota Bandung.
![]() |
Stiker sosialisasi surat edaran Walikota Bandung tertempel di pintu angkot |
Berpergian dengan angkot di Bandung
cukup menyenangkan. Pertama, biayanya murah. Sangat cocok untuk pelancong
dengan anggaran pas-pasan seperti saya. Kedua, jumlah angkot banyak dengan rute
tertentu. Hampir semua jalan pasti dilewati angkot, sehingga memudahkan kita
bermobilisasi. Ketiga, Pemkot Bandung sudah menerapkan aturan yang menambah
kenyaman angkot. Seperti yang saya lihat, di pintu angkot tertempel stiker
edaran dari Walikota tentang aturan mewajibkan setiap angkot menyediakan tempat
sampah dan larangan merokok di dalam angkot. Saya tidak tahu, apa saat itu
hanya kebetulan saja, memang setiap angkot yang sempat saya tumpangi memiliki
tempat sampah. Saya tidak melihat ada yang merokok dalam angkot, entah itu
penumpang maupun sopirnya. Saya pikir, kondisi tersebut sangat ideal dan perlu
ditiru oleh daerah lain di Indonesia.
![]() |
Tampak tempat sampah mini dalam angkot (di tengah anak-anak) |
Itulah beberapa hal umum yang
membuat saya terkesan di Kota Bandung. Mungkin masih banyak yang luput dari
pantauan saya atau tidak sempat saya narasikan di sini, namun secara garis
besar saya berpikir, memang ‘Bandung Juara’ sesuai dengan jargonnya. Saking bagusnya,
banyak pendatang atau wisatawan yang berkunjung ke sana. Dan saya tidak heran
jika masalah macet menjadi salah satu persoalan yang sering dibicarakan oleh
Walikotanya.
Sekian saja, semoga suatu saat nanti
bisa berkunjung lagi ke sana. Kota Bandung, banyak hal yang buat rindu selalu
merundung. Salam Sejuta Mimpi..!!! Tulisan ini bisa juga dibaca di Kompasiana.
0 Komentar