Bandung #5: Nuansa Makan di Floating Market Lembang

Pintu Masuk Floating Market Lembang
Cerita sebelum berakhir saat pulang dari puncak Tangkuban Parahu (baca disini). Saya meminta Lalonk berhenti di warung makan yang ada di sepanjang jalan. Tapi dia diam saja. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 14.00. Sudah waktunya untuk makan siang. Saya sangat lapar, apalagi dengan cuaca yang dingin. Tubuh selalu berdaptasi dengan lingkungan sehingga membentuk mekanisme kompensasi. Saat dingin, tubuh tetap mempertahankan suhu inti tubuh (suhu organ dalam tubuh) dengan mekanisme menggigil. Kegiatan itu meningkatkan metabolisme (pembakaran zat makanan), sehingga cadangan makanan dalam tubuh menipis. Gejala yang sering terasa, kita mulai ingin makan (lapar).
            Lalonk terus melaju. Saat bertanya arah jalan sama polantas yang sedang bertugas, barulah saya ingat, kami sudah berencana mengunjungi tempat wisata lain lagi. Kali ini, lokasinya di Lembang. Kebetulan sedang melewati wilayah tersebut, tidak ada salahnya memanfaatkan peluang lain. Inilah yang dinamakan “sekali dayung, 2-3 pulau terlampau”.
Danau Floating Market Lembang
            Kami mengunjungi tempat wisata yang tidak kalah unik dan sudah dikenal luas. Namanya Floating Market Lembang. Di sama terdapat pasar apung pada sebuah kolam buatan yang didesain dengan menarik. Selain itu, kita juga akan disuguhi pemandangan taman yang indah, miniatur kehidupan kampung leuit, dan lainnya.
Perahu yang disewa pengunjung
            Pengunjung ramai ke sana. Saat memasuki gerbang masuk saja sudah terjadi antrian mobil (bus) dan motor pengunjung. Jika menggunakan sepeda motor, kita harus membayar biaya masuk Rp. 35.000, sudah termasuk tiket untuk dua orang dan biaya parkir.

Pusat Jajanan
            Dari tempat parkir, kita langsung memasuki arena wisata. Telihat perahu di pinggir kolam, dimana menjadi tempat orang berjualan makanan. Di sana tersedia juga tempat duduk yang disediakan khusus bagi pengunjung yang ingin makan.
Penjual menjajakan makanan di atas perahu
            Kami tidak langsung membeli makanan. Saya ajak Lalonk untuk jalan mengelilingi kompleks wisata, sembari memantau jenis makanan yang tersedia beserta informasi harga tiap porsinya. Dari pinggir danau kami menyaksikan banyak pengunjung yang menyewa perahu kecil untuk menyusuri setiap sudutnya. Selain untuk pasar terapung, kolam tersebut juga dimanfaatkan untuk memelihara ikan. Banyak pula pengunjung yang membeli pakan ikan demi melihat serunya mereka berebut makanan. Semuanya terlihat indah dan seru.
Ikan peliharaan di kolam Floating Market Lembang

Kampung Leuit
            Seperti yang telah saya singgung sebelumnya, tempat wisata ini dikuatkan dengan desain taman yang tertata rapi, bunga-bunga dari berbagai varietas, ukiran, lukisan, dan berbagai aksesoris lainnya. Hampir semua pengunjung berfoto di sana, termasuk saya dan Lalonk.
            Dari tempat penjual makanan, lalu melewati jalan setapak dengan taman yang indah tadi, tibalah kami pada kompleks Kampung Leuit. Apa lagi itu ? Menurut cerita, Leuit adalah tempat penyimpanan padi masyarakat Sunda zaman dulu. Karena bangunan tersebut sudah tidak terlihat lagi pada era modern ini, maka dibuatlah miniturnya di Floating Market. Suasananya persis seperti kehidupan di dusun terpencil.
Pintu masuk miniatur kampung leuit
            Memasuki pintu gerbang kampung leuit, terdapat pameran lukisan kehidupan mereka zaman dulu. Mulai dari alat musik, jenis bangunan tempat tinggal, dan berbagai jenis tanaman pertanian yang mereka kembangkan.
Lebih lanjut, kita memasuki suasana kampung sesungguhnya. Terdapat hamparan sawah, padinya sudah mulai menguning. Meski tidak begitu luas, pemandang seperti itu sudah merepresentasi suasana kehidupan suatu kampung. Selain itu, tanaman lain yang lazim ada di kampung juga ada di sana. Misalnya pohon pisang, bambu, berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Ada juga tambak mini yang dijadikan tempat mancing bagi pengunjung yang sudah membeli tiket khusus untuk itu. Di antara berbagai tanaman tadi, terdapat pula pondok atau gubuk tempat beristirahat.
 
Gubuk ditengah perkebunan kampung leuit
Tempat Bermain
            Floating Market (FM) juga menyediakan fasilitas bermain bagi anak-anak. Jika ingin mengelilingi kompleks FM bersama sang buah hati, bisa menggunakan kereta jika tidak ingin jalan kaki. Ada juga becak mini yang bisa disewa. Saya perhatikan banyak anak-anak bersama orang tua atau pendamping menikmatinya.
Seorang anak memberi makan kelinci
            Ada juga kandang kelinci, menjadi tempat favorit bagi anak-anak. Mereka diperbolehkan masuk untuk memberi mereka makan berupa wortel. Pancaran kebahagiaan anak terlihat dari wajahnya. Mereka senang bermain dengan kelinci yang berperawakan manis, lembut dan terkesan lucu menggemaskan. Kelinci-kelinci juga nampak girang diberi makanan gratis. Mereka lompat sana-sini, menggoda anak-anak agar diberikan wortel.

Alat Tukar Khsusus
Tempat penukaran koin
            Setelah menyusuri hampir sebagian besar kompleks FM, kami memutuskan untuk makan. Meski masih dalam wilayah NKRI, para penjual tidak menerima uang rupiah yang biasa kita pakai sehari-hari. Jika mau membeli makanan, kita mesti menukar uang kita pada tempat yang telah disediakan. Nantinya, kita akan menerima uang berbentuk koin dengan jumlah nominal yang sama. Uang 50 ribu, tetap akan diganti dengan jumlah yang sama. Bentuknya saja yang berbeda. Penukaran uang ini tidak semacam penukaran uang dari rupiah menjadi dollar, dimana harus mengeluarkan rupiah dalam jumlah yang banyak demi mendapat satu dollar saja.
Bentuk uang koin, alat tukar yang berlaku FM Lembang
            Saat itu, saya dan Lalonk menukar uang rupiah menjadi koin masing-masing senilai Rp. 30.000. Cukup lama saya menentukan makanan yang akan dibeli. Pilihan sangat bervariatif. Awalnya saya dan Lalonk mencari makanan yang ada nasi putihnya, namun sulit bahkan tidak ada. Akhirnya kami membeli jajanan sesuai selera masing-masing. Minuman tidak dibeli lagi, kami mendapatkan kopi secara gratis dengan menukar tiket masuk pada petugas. Maka, lengkaplah sudah santapan siang itu.
Sehabis menikmati jajanan FM Lembang
            Saya menyimpulkan, Floating Market Lembang ini merupakan wisata kuliner. Jika Anda ingin makan dengan nuansa berbeda (makan sambil mengelilingi danau dengan perahu; makan sambil meinkmati indahnya taman, dll), datanglah ke sana. Sekian saja cerita kali ini, masih ada yang belum ditulis. Ditunggu saja kelanjutannya. Terima kasih... Salam Sejuta Mimpi !!!
Tulisan ini bisa juga dibaca di Kompasiana.
Top, sedaaapp….

Posting Komentar

0 Komentar