Bapak Alfian Kusumadjaja, Koordinator Meditasi Kristiani Keuskupan Surabaya sedang membuka acara seminar. |
Meditasi dan manfaatnya sudah
menjadi pengetahuan umum bagi kebanyakan orang. Meditasi sangatlah universal,
semua orang bisa melakukannya. Berbagai ajaran agama mengaplikasikannya sesuai
dengan keyakinan masing-masing. Sepegetahuan saya, saudara/i kita yang beragama
Budha terkenal dengan berdoa menggunakan cara ini. Dalam ajaran Kristen juga
ternyata mempunyai cara khusus bermeditasi. Tulisan saya kali ini lebih
spesifik pada meditasi Kristiani.
Judul tulisan kali ini merupakan tema seminar meditasi Kristiani yang
diadakan oleh Komunitas Meditasi Kristiani Keuskupan Surabaya, pada tanggal 9
November 2014 lalu. Kebetulan saya berkesempatan mengikuti kegiatan yang
langkap dan bermanfaat ini. Mendengar atau mengetahui meditasi beserta
manfaatnya sudah sejak lama, namun belum sampai tahap mendalami apalagi
mengaplikasinya, belum sama sekali. Niat belajar dan mejalani meditasi sudah
sejak lama, hanya saja selalu ada kendala dalam memulainya. Namun, saya
mempercayai kekuatan pikiran (niat), meski lama pada akhirnya saya diberi jalan
melalui seminar yang saya sebut di atas. Kini, secara perlahan saya mulai
berlatih, membiasakan diri menjalani hidup baru dengan belajar meditasi.
Jalan saya belajar meditasi.
Seperti yang saya sudah singgung
sebelumnya, mengenal meditasi dan manfaatnya sudah sejak lama. Banyak artikel
dan buku yang telah baca mengenai topik ini. Semuanya menarik, dan bermanfaat
positif. Salah satu buku yang masih saya simpan hingga sekarang berjudul: “Meditasi Kristiani: Ciptaan Baru dalam
Kristus”, yang ditulis oleh Rahib Bede Griffiths OSB. Meski begitu, memulai
untuk berlatih meditasi tidaklah mudah. Itulah sebabnya tidak dapat langsung
saya aplikasikan. Sulit dijelaskan bagaimana susahnya saya untuk memulai.
Seiring waktu berjalan, Tuhan
mengarahkan saya suatu petunjuk yang benar. Hari Minggu, 2 November 2014,
sebagaimana biasanya saya mengikuti perayaan Ekaristi tiap hari minggu di
Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Ngagel-Surabaya. Alasannya sederhana, Gereja
SMTB ini paling dekat dengan tempat domsili saya di Surabaya. Begitu memasuki
pintu gereja, saya disambut oleh pelayan yang bertugas membagikan panduan
liturgi. Dekat pintu masuk ada sebuah meja. Terdapat beberapa brosur yang
diletakan di sana. Mata saya tertuju sebuah brosur yang ada tulisan “Meditation”. Lalu, segera saya ambil
kemudian menuju tempat duduk untuk mengikuti misa. Brosur tadi saya lihat
sepintas saja, kemudian melipatnya dan menyimpan di saku celana.
Sejak itu, lama saya tidak mengingat
lagi mengenai brosur seminar meditasi tadi. Hari Sabtu (8/11/2014), barulah
saya mengingatnya kembali. Saya kemudian membacanya secara cermat, ternyata
brosur tadi berisi informasi mengenai seminar dengan tema sama persis dengan
judul tulisan ini. Saya kemudian berniat untuk berpartisipasi. Lalu, saya
mengirim sms ke salah satu no. Hp yang tertera di brosur. Namun, hingga sore
hari sms saya tidak direspon sama sekali. Saya belum menyerah, masih ada 2 no.
Hp lagi yang bisa dihubungi. Sekali lagi saya mencoba sms pada no. Hp yang
kedua. Namanya Ibu Maudy. Saya menanyakan apakah masih bisa mendaftar sebagai
peserta seminar. Kali ini responnya cepat. Beliau membalas sms saya begini:
“Maaf, sudah penuh Pak”. Pupus sudah harapan saya bisa mengikuti seminar tersebut.
Tapi, entah mengapa saya kemudian berusaha jujur menyampaikan keinginan saya
yang besar dalam belajar meditasi. Maka, terjadi percakapan lewat sms sebagai
berikut:
Saya : “O... begitu ya Pak
(awalnya saya mengira nama ‘Maudy’ itu laki-laki). Kalau misanya ada yang
batal, mohon infokan. Saya betul-betul ingin ikut seminarnya....Makasih”.
Ibu Maudy : “Maaf Bapak siapa ? di paroki mana ?”
Saya : “Bukan siapa-siapa
Pak.... saya mahasiswa yang kuliah di Surabaya, asal dari luar pulau. Saya
biasa ke Gereja SMBT...”
Ibu Maudy : “Ok, nama saya Ibu Maudy, besok cari saya
di meja pendaftaran. Saya beri tiket”. (barulah saya tahu, ternyata nama
‘Maudy’ itu wanita).
Saya : “Ok, baik Ibu Maudy, terima
kasih buat kesempatannya. Mohon maaf, kalau boleh tau, biaya tiketnya berapa ?”
Ibu Maudy : “Free, tapi ada kolekte untuk tutup biaya
konsumsi. Sampai jumpa besok, terima kasih”.
Saya : “Baik Ibu, terima kasih
banyak....”
Betapa gembiranya saya saat itu
karena akhirnya bisa medapatkan kesempatan belajar meditasi melalui seminar.
Dan bagi saya, proses saya mendapatkan tiket sungguh luar biasa. Lama saya
merenungnya, kemudian berkonklusi, mungkin ini jalan yang ditunjuk Tuhan. Saya
sangat bersyukur dengan proses tersebut.
Foto bersama meditator dari Madiun, Pak Eko Budianto (baju hitam) |
Tinjauan Ilmiah dan Empiris
Seminar meditasi ini diisi oleh 3
narasumber yang telah lama menjalankan meditasi secara rutin. Mereka disebut
sebagai meditator. Mereka adalah dr. R.F.X Berjanto Terakusuma, Sp.S yang
berbicara mengenai meditasi dan kesehatan, Ibu M.F.L Kindawati yang menyampaikan
sharing pengalaman (empiris) manfaat meditasi berkaitan dengan penyakit
aneurisma yang dideritanya, dan yang ketiga Rm. Tan Thian Sing, MSF.
Sesi I oleh dr. Tera menjelaskan materi Meditasi & Kesehatan |
Pembicara pertama –biasa dipanggi
dr. Tera-, menyampaikan materi ilmiah tentang bagaimana sistem saraf manusia
bekerja. Lebih lanjut beliau menjelaskan rasional kegiatan meditasi memberi
dampak positif bagi susunan saraf baik pusat maupun perifer. Beliau juga
menunjukan jurnal hasil penelitian manfaat meditasi bagi kesehatan, misalnya
untuk pengendalian nyeri, pengendalian stres/depresi, membantu menyeimbangkan
aktivitas otak kiri dan kanan, meningkatkan aliran darah ke arah korteks otak,
meningkatkan ketebalan ‘gray-matter’ di area hippocampus yang penting dalam proses belajar, mengingat dan
pengendalian emosi, dan lain-lain. Satu hal penting yang perlu digarisbawahi
mengenai meditasi dan kesehatan. Berulang-ulang kali dr. Tera menyampaikan
dalam seminar bahwa, meditasi tidak menggantikan pemeriksaan dan pengobatan
medis. Meditasi bukan sebagai terapi alternatif, melainkan sebagai komplementer
atau pelengkap saja. Meditasi melengkapi terapi medis yang sedang dijalankan.
Ibu Kindawati sedang berbagi pengalamannya manfaat bermeditasi |
Pengalaman empiris Ibu Kindawati
dalam menghadapi penyakitnya diakui sebagai manfaat bermeditasi. Secara umum
dari pengalaman tersebut mau mengatakan kepada kita bahwa, meditasi tidak
menghilang suatu penyakit tertentu dengan seketika. Tetapi, lewat meditasi kita
lebih dimudahkan dalam mengambil keputusan, menemui jalan keluar dari setiap
kebuntuan atau masalah yang kita hadapi. Sederhananya, seolah-olah kita diberi
petunjuk bagaimana sebaiknya bertindak. Dan Puji Tuhan, pengalaman Ibu Kidawati
menunjukkan proses yang luar biasa. Secara garis besar, kesaksian Ibu Kindawati
diceritakan sebagai berikut.
Ibu Kindawati menunjukan gejala sakitnya pada slide paling kanan |
Sebelum sakit, Ibu Kindawati
berkesempatan mengikuti seminar tentang stroke dan pencegahannya. Salah satu
topik yang dibahas adalah mengenai aneurisma otak, yaitu kondisi dimana
pembuluh darah otak melebar secara abnormal membentuk sebuah kantung yang mudah
pecah dan sangat berbahaya bagi keselamatan pasien. Tidak lama setelah itu, Ibu
Kindawati mengalami sakit dengan gejala yang hampir sama dengan yang tertera
dalam materi seminar tadi. Karena itu, mereka langsung meminta pertolongan pada
dokter ahli saraf yang menjadi narasumber seminar. Beruntung bisa ditangani
(operasi otak) dengan cepat oleh tenaga ahli, serta memperoleh pemulihan yang
cepat. Kini, Ibu Kindawati kembali beraktivitas seperti biasa, dan merasa lebih
sehat dan berkualitas. Begitulah gambaran umum pengalaman Ibu Kindawati. Lebih legkap,
Anda bisa membacanya di www.meditasikristiani.com. Anda juga akan mendapatkan lebih banyak informasi
mengenai meditasi kristiani di sana.
Alamat website meditasi kristiani |
Selanjutnya, pembicara ketiga adalah
Rm. Sing, MSF. Beliau membawakan materi tentang ‘Health-Healing-Wholeness’ (Sehat-Sembuh-Utuh), yang merupakan
bahan seminar yang berjudul Sehat & Meditasi dari Fr. Laurence Freeman,
OSB. Dalam sesi ini, Rm. Sing membahas mengenai makna menjadi manusia, arti
sehat, distraksi, perhatian, dan keutuhan.
Rm. Sing, MSF sedang membawakan materi ke-3 tentang Health-Healing-Wholeness |
Bagaimana Bermeditasi ?
Nah, bagi Anda yang belum pernah tahu tentang meditasi kristiani dan
setelah membaca tulisan ini ingin mencobanya, berikut akan saya jelaskan
langkah-langkahnya. Metode yang saya tulis ini didapatkan dari materi seminar
yang saya ikuti. Mereka mengemasnya dalam sebuah leaflet yang berjudul
‘Pengenalan Meditasi Kristiani’. Secara ringkas, saya akan mendeskripsikan ulang
di sini tentang cara bermeditasi, tujuan bermeditasi dan buah-buah (manfaat)
dari meditasi.
Jhon Main OSB mengajarkan cara bermeditasi sebagai berikut: “Duduk. Duduk
diam dengan punggung tegak. Perlahan-lahan tutuplah mata Anda. Duduk santai
tapi sadar penuh. Mulailah mengucapkan dalam hati sebuah kata doa. Kami
menganjurkan kata ‘Maranatha’. Ucapkan dalam empat suku kata yang sama
panjangnya. Dengarkan kata-doa itu saat Anda mengucapkannya, ucapkan tanpa
henti. Jangan berpikir atau membayangkan sesuatu apapun - baik yang rohani
maupun yang bukan rohani. Bila muncul pikiran atau imajinasi muncul, ini adalah
pelanturan yang muncul saat meditasi. Kembalilah mengucapan kata-doa sampai
akhir meditasi. Bermeditasilah setiap pagi dan petang kira-kira dua puluh
sampai tiga puluh menit.”
Tujuan penting dalam bermeditasi adalah untuk membiarkan kehadiran Allah
yang misterius dalam keheningan diri kita, tidak hanya sebagai suatu kenyataan
melainkan kenyataan yang memberi makna, bentuk dan tujuan dari semua yang kita
lakukan, dari keberadaan kita. Dan yang terakhir adalah buah-buah (manfaat yang
bisa ‘dipetik’) dari meditasi adalah kasih, kedamaian, kesabaran, kebaikan, dan
penguasaan diri.
Sekian saja tulisan kali ini.
Harapan saya ke depan adalah bisa secara konsisten menjalankan meditasi ini
secara rutin dan teratur. Kiranya saya juga boleh ‘memetik buah-buah’ dari
meditasi ini. Saya juga berharap Anda bisa demikian. Semoga....Amin ! Anda bisa juga membaca tulisan ini di Blog Kompasiana.
Selfie saat sesi foto bersama pada akhir kegiatan |
0 Komentar