Rileksasi Setelah Kegiatan KKN-BBM (Part. 1)

Tadi, seorang teman bertanya: "kapan tulisan tentang perjalanan liburan kita kemarin dimasukan ke blog ?". Saya hanya bisa tersenyum mendengar pertanyaan seperti itu. Memang sudah menjadi kebiasaan saya, sehabis menikmati suatu perjalanan ke daerah tertentu, pasti kisahnya akan ditulis pada blog ini. Namun, sudah hampir 2 minggu paska perjalanan, tulisannya belum dibuat juga.

Saya harus akui, beberapa minggu terakhir ini mengalami kemunduran dalam membiasakan diri untuk berkisah. Banyak sekali alasan kalau mau mengidentifikasi secara detail, tapi yang paling umum, mungkin karena sedang mempersiapkan proposal penelitian untuk  skripsi.

Saya kemudian sadar, menulis "bebas" dengan menulis ilmiah sangat berbeda. Dalam menulis ilmiah ada beberapa kaidah yang mesti diikuti, harus begini, harus begitu; tidak boleh begini, tidak boleh begitu, dan sebagainya. Beda sekali dengan menulis "bebas", apa saja yang terbersit di kepala langsung diketik. Tidak memusingkan aturan yang dapat menghambat kreativitas berpikir. Setelah itu, posting di blog. Jika ada yang baca bersyukur, bila tidak juga tidak begitu berpengaruh dengan kehidupan kita. Dan jarang sekali pembaca blog memberi koreksi, misalnya paragraf ini kurang tepatndan sebagainya, sebagaimana biasanya dosen pembimbing skripsi.

Meski begitu, saya tetap selalu berusaha untuk terus belajar dalam membiasakan diri menulis dengan kaidah tulisan ilmiah. Sebagai akademisi, saya harus bisa !

Berawal dari KKN-BBM Unair ke 50

Baiklah, lupakan sejenak proposal penelitian, kali ini saya mengajak Anda untuk menyimak inti cerita/kisah perjalanan kami beberapa waktu lalu. Ia, semuanya berawal dari kegiatan KKN-BBM Unair yang ke 50. Saya bersama 16 orang lainnya dari berbagai fakultas mendapat daerah binaan di Kelurahan Pagesangan, Kota Surabaya. Kegiatan ini mendatangkan banyak manfaat. Terlalu panjang jika saya uraikan semuanya di sini. Paling tidak, hal yang paling penting dan sangat berharga -menurut saya- adalah bisa mengenal teman-teman baru dari fakultas lain.
Anggota Kelompok KKN-BBM Unair ke-50, Kelurahan Pagesangan Surabaya
Dengan mengikuti kegiatan ini, pada akhirnya saya bisa bersahabat, bekerjasama dengan teman-teman yang sangat luar biasa pengetahuan dan kemampuan individualnya. Ada Mbak Endah, Sylvi, Titis, Diana, Dita, Rendis, Farida, dan Mas Qusai dari fakultas kesehatan masyarakat. Ada juga dari fakultas ekonomi dan bisnis, diantaranya Mas Agus, Avest dan Bastian. Lalu, dari fakultas tempat saya kuliah -fakultas keperawatan-, ada Ibu Laila, Ibu Mori, Mbak Lulut, Rosa, dan Rifantika.

Awalnya masih canggung. Setelah 2-3 kali pertemuan, suasana keakraban makin terasa. Situasi semakin mencair, kami akhirnya terbiasa saling bercanda. Ada saja hal-hal yang membuat kami tertawa lepas, penuh kegembiraan. Berbagai program kerja yang dilaksanakan juga terasa ringan. Semua terlibat, masing-masing memberi kontribusi sesuai kemampuan dan minatnya. Hingga pada akhirnya, seluruh rangkaian kegiatan dapat terlaksana dengan lancar dan baik adanya.

Pada pertemuan tetakhir, munculah ide dari beberapa teman untuk bertamasya bersama. Banyak sekali opsi mengenai destinasi saat itu, ada yang mengusulkan ke Bali, Jogja, Semarang, Banyuwangi atau daerah di sekitar kota Surabaya seperti pantai Kenjeran, Suramadu, dll. Pada akhirnya, kami bersepakat untuk bertamasya ke Malang. Alasannya sederhana, selain terkenal dengan tempat wisatanya dan jaraknya tidak begitu jauh dari Surabaya, di Malang ada Mbak Silvi yang memberikan tumpangan di rumahnya.

Selama tinggal di Surabaya, perjalanan kali ini merupakan kali ketiga ke Malang. Meski begitu, saya tetap tidak merasa bosan. Apalagi moda transportasi yang digunakan selalu berbeda. Pertama kali dulu menggunakan bus umum, kali kedua dengan kereta api, dan yang ketiga ini dengan mobil pribadi seorang teman, Mas Agung namanya.
Inilah Mas Agung, yang empunya mobil sekaligus driver yang tangguh....
Ke Malang (lagi)

Hari Sabtu, 30 Agustus 2014 kami berangkat menuju ke Malang. Dari semua anggota kelompok KKN, hanya kami berlima saja yang jadi berangkat. Kebetulan kapasitas mobil juga terbatas bila mengangkut banyak orang. Adapun yang berangkat saat itu ada saya sendiri Saver, Mas Agung yang empunya mobil sekaligus  sebagai driver, Mbak Endah, Mbak Titis dan Mbak Dita. Sedangkan Mbk Silvy, sudah ke Malang satu hari sebelumnya. Dia yang akan menyediakan tumpangan bagi kami setiba di Malang, sekaligus menjadi guide selama perjalanan di sana.
Akhirnya, hanya berangkat berlima saja ke Malang. (Depan bagian kiri: Mas Agung, yang kanan: Mbak Titis. Belakang bagian kanan Saver, tengah Mbak Endah, dan paling kiri Mbak Dita)
Suasana perjalanan sangat menyenangkan. Apalagi dengan mobil pribadi, kami bebas menentukan untuk berhenti di mana saja jika butuh sesuatu. Sepanjang perjalanan diiringi lagu-lagu Aril-Peterpan dari koleksi album taman langit dan So7. Koleksi lagu lama tadi sangat hits saat masa SMP dulu. Kami menyukainya, terlihat semua ikut bernyanyi mengkuti musik yang mengalun. Banyak pula guyonan yang membuat kami tersenyum hingga terbahak bersama-sama. Semua senang, tidak ada ketegangan di wajah kami. Liburan kali ini merupakan rileksasi alamiah selepas menjalani rutinitas kegiatan selama KKN.
Taman alun-alun Kota Batu (Kiri-kanan: Mas Agung, Mbak Dita, Mbak Titis dan Mbak Endah)
Ekspresi saat selfie…
Setiba di Malang, kami meneruskan perjalanan menuju Kota Batu. Rumah Mbak Silvy berada dekat dengan Kota Batu. Kira-kira pukul 16.00, kami singgah sebentar di alun-alun Kota Batu. Kami hanya menghabiskan waktu hanya untuk berfoto di sana. Tamannya bagus, rapi dan bersih. Banyak orang yang berkunjung ke sana. Selain menikmati taman tersebut, kami juga -khususnya yang muslim-, sekalian melaksanakan Sholat Ashar di Masjid Agung An Nuur Kota Batu. Lokasinya berdekatan dengan taman tadi.
Taman alun-alun Kota Batu
Sehabis Sholat di Masjid An Nuur Kota Batu
Selepas Sholat, kami meneruskan perjalanan. Tujuannya ke rumah Mbak Silvy yang berlokasi di Kecamatan Pujon, Malang. Tidak begitu sulit kami menemukan rumahnya. Kebetulan Ibu dari Mbak Silvy adalah seorang bidan, sehingga hampir semua warga di sekitar wilayah kerja beliau mengenalnya.
Masjid An Nuur Kota Batu
Sekitar pukul 17.00  kami tiba di rumah Mbak Silvy. Kami disambut dengan antusias oleh Mbak Silvy sekeluarga. Senang dan legah rasanya. Perasaan capek setelah perjalanan jauh pun segera sirna. Baru saja duduk sebentar, Mbak Silvy bersama Ibunya mempersilahkan kami langsung ke ruangan makan. Ternyata, di sana sudah disiapkan sejumlah hidangan yang lezat-lezat, khusus untuk kami.
Saat Makan di rumah Mbak Silvy… Hmmm, sedaaap…!!!
Sebelum mulai makan, terlebih dahulu kami menikmati susu sapi hasil olahan suatu koperasi di wilayah Pujon. Sesuai pengakuan Mbak Silvy, di daerahnya tersebut terkenal sebagai daerah penghasil susu sapi. Di sana, banyak masyarakat yang berternak sapi perah, yang mana hasil perahannya biasa untuk memenuhi kebutuhan produksi perusahaan susu Da*cow. Meski begitu, tidak semuanya terserap di sana. Sebagian kecil tetap dikelolah oleh sebuah koperasi khusus untuk itu. Hasilnya berupa minuman susu siap saji, yang dikemas dalam gelas plastik. Sama seperti susu siap saji yang biasa dijual di mini/super market. Rasanya juga enak, tidak beda jauh dengan merek yang sudah terkenal. Hanya saja, entah mengapa, produk tadi hanya dijual di daerah Pujon dan sekitarnya, belum tersebar luas ke daerah lain.
Lagi serius makan di rumah Mbak Silvy
Kembali lagi ke soal makan tadi. Jujur saja, kami memang sangat lapar. Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan dari Surabaya hingga Malang, kami hanya ngemil makanan ringan saja. Saat itulah kami berkesempatan menikmati hidangan super lezat. Dari semua yang ada, saya menfavoritkan ikan kukus yang dilapisi bumbu. Saya tidak tau nama sebutan menu ikan tersebut, tapi yang pasti sangat nikmat. Kami semua sangat lahap menikmatinya. Setelah menu utama, ada juga santapan penutup berupa buah-buahan yang dingin. Pokoknya sempurna. Boleh dibilang, saat itu kami sedang menikmati hidangan "4 sehat, 5 sempurna".

Setelah makan, kami beristirahat sejenak di kamar yang sudah disiapkan. Hanya sekitar 30 menit kami beristirahat, lalu mandi dan bersiap-siap ke salah satu pusat perbelanjaan di sana. Cuaca yang dingin tidak mengurungkan niat kami untuk tetap mandi. Awalnya takut menyentuh air, tapi ternyata badan terasa sangat segar sehabis mandi.
Setelah mandi, berangkat menikmati Kota Batu saat malam hari
Semua sudah siap, kami pun berpamitan sama Ibunda dari Mbak Silvy. Malam itu kami berenam ditambah Mbak Silvy jalan-jalan ke Batu Town Square alias Batos. Ada yang ingin berbelanja saat itu. Saya awalnya hanya sekedar ikut melihat koleksi pakaian di sana, tidak ada niat sama sekali untuk membeli. Namun, sampai pada satu etalase, saya melihat kaos yang bergambar burung Garuda Pancasila. Saya pikir, baju itu cukup unik. Akhirnya terpaksa dibeli juga.
Mbak Dita dan Mbak Endah lagi pose  di gerai tempat saya membeli kaos. Saya tertarik, karena ada gambar Pak Jokowi pada salah satu bajunya. 
Selepas berbelanja, kami kemudian bersepakat nongkrong lagi di alun-alun Kota Batu. Malam itu sangat dingin, saya beberapa kali menggigil sebagai bentuk mekanisme kompensasinya. Saking tak tahan dingin, baju kaos yang baru saja dibeli langsung saya pakai untuk menambah kehangatan. Jadinya saya memakai baju doubel.
Taman alaun-alun Kota Batu saat malam hari (Kiri-kanan: Mas Agung, Mbak Titis, Mbak Dita, Mbak Endah, dan Mbak Silvy)
Di alun-alun sangat padat dengan pengunjung. Tempat parkir motor dan mobil juga terlihat padat. Di beberapa restoran yang berlokasi disamping taman menyuguhkan konser musik live. Pedagang kaki lima juga berjejer sepanjang jalan bersama dagangannya. Kami turut menyumbang kepadatan pengunjung malam itu.
Alun-alun Kota Batu
Masih di alun-alun Kota Batu
Hal utama yang kami lakukan di sana selain menikmati keramaian dan keindahan taman, adalah berfoto-ria. Saya pikir, kebiasaan ini sangatlah normal bagi siapa pun saat ini jika berpergian ke suatu tempat wisata. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang ada, banyak smarthphone yang memiliki kualitas kamera yang bagus. Tidak ada salahnya jika dimanfaatkan secara maksimal.
Berfoto-ria di taman alun-alun Kota Batu.
Puas berfoto dengan berbagai pose, dari berbagai angel, akhirnya kami semua merasa lapar. Entalah, mungkin karena cuaca yang dingin, kami kompak ingin menikmati bakso. Sebuah kedai bakso di trotoar jalan menjadi pilihan kami malam itu. Sungguh nikmat, hangatnya kuah bakso mengusir sedikit sensasi dingin.
Makan bakso di trotoar jalan
Tidak terasa, kami melihat jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Sudah malam, kami juga mulai mengantuk. Masih butuh istirahat yang cukup setelah perjalanan siang tadi. Apalagi keesokan harinya, kami berencana menuju ke suatu tempat wisata yang cukup jauh lokasinya. Kami pun memutuskan untuk pulang. Tiba di rumah Mbak silvy sekitar pukul 23.00. Langsung saja kami tidur, menikmati mimpi-mimpi yang berjuta.

Demikian saja ceritanya untuk sesi ini, nantikan sesi selanjutnya. Kemanakah kami keesokan harinya ? Tunggu kisah selanjutnya, masih pada blog yang sama ini. Salam Sejuta Mimpi....!!! 
Anda juga bisa membacanya di Kompasiana

Posting Komentar

0 Komentar