Saya (Saver) di danau TMII |
Oh iya, kali ini saya menulis dengan topik yang -mungkin- tidak begitu penting bagi Anda. Tapi, semoga tidak ya ? Saat ini saya hanya ingin melanjutkan cerita pengalaman saya selama berlibur di Jakarta, selama liburan lebaran tahun 2014 ini. Sebelumnya, sudah ada 2 tulisan/cerita terdahulu. Cerita ini merupakan bagian ke-3 sebagai lanjutnya. Pada cerita terakhir, saya mengakhirinya kisahnya setelah menikmati pemandangan di tugu Monas.
TMII: Miniatur Indonesia
Destinasi perjalan selanjutnya saat itu, -setelah tugu Monas- adalah Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Saya percaya, Anda pasti sudah mendengar atau bahkan sudah berulang kali berwisata ke sana. Pasalnya, keberadaan tempat wisata yang berlokasi di Jakarta Timur tersebut sudah sangat lama. Menurut informasi yang saya peroleh, taman yang digagas oleh Ibu Siti Hartinah atau yang lebih dikenal dengan Ibu Tien Soeharto sudah diiresmikan sejak tahun 1975 oleh suaminya, Presiden Soeharto. Itu berarti, saat tahun 2014 sekarang, kurang lebih berusia 39 tahun.
Saya sendiri, pernah mendengarnya saat masih SD. Kebetulan Ayah saya pernah ke Jakarta saat itu, dan pernah saya singgung dalam cerita sebelumnya. Rentang waktu saya mendengar informasi hingga berkesempatan melihat langsung juga cukup lama. Meski begitu saya tetap bahagia, dan bersyukur pada Tuhan karea memberi kesempatan.
Kembali lagi ke cerita. Dari tugu Monas, sebenarnya banyak pilihan moda tranportasi yang bisa digunakan. Namun, demi kenyamanan, saya, Ka Ellyn dan Ka Paul memutuskan menggunakan taksi. Beruntung hari itu merupakan H-2 Idul Fitri, sehingga kondisi jalanan cukup lengang. Sebagian besar warga yang berdomisili di Jakarta sedang mudik ke kampung masing-masing.
Menurut Ka Ellyn dan Ka Paul, saat-saat menjelang lebaran merupakan waktu yang tepat menikmati perjalanan di Kota Jakarta, bebas masalah macet. Memang benar, taksi yang kami tumpangi melesat dengan cepat. Tidak begitu terasa, akhirnya tibalah juga kami di TMII.
Sebelum mengeksplor kawasan wisata tersebut, kami memutuskan untuk 'mengisi perut' terlebih dahulu. Restoran cepat saji menjadi pilihan. Paha dan dada ayam merupakan menu yang kami pilih, karena memang restoran tersebut spesialis ayam goreng. Ada hal unik saat memesan makanan tersebut. Pelayannya bertanya: "Mau patas ?" Kami cukup bingung, kemudian bertanya, apa itu Patas. "Paha atas", si pelayan menjawab sambil tersenyum. O...., kami juga hanya bisa membalas dengan senyuman juga.
Setelah rehat sejenak sehabis menyantap nasi ayam 'patas' tadi, kami pun memulai perjalanan dalam lokasi wisata TMII. Ada banyak pilihan yang bisa kita ambil sesuai kemampuan dan keinginan. Kita dapat mengitari lokasi wisata dengan menyewa sepeda dayung, sepeda motor, kereta darat, kereta gantung, atau pun jalan kaki.
Kami pun membuat keputusan, pertama melihat anjungan NTT sebagai warga asli dari sana. Biar lebih detail dan murah, kami menutuskan jalan kaki saja. Rencananya saat itu, sehabis melihat anjungan NTT, kami akan menikmati luasnya taman dengan kereta gantung. Tidak sanggung jika hanya bermodalkan jalan kaki saja.
Baru beberapa meter kami berjalan, hujan lebat pun turun. Memang, sejak tadi kabut hitam mendominasi langit. Tidak bisa dihindari lagi, terpaksa harus berteduh. Kami berteduh tepat di anjungan daerah Aceh. Di depannya terdapat sebuah pesawat terbang lama. Pada bagian ekornya tertulis RI 001 dengan sebuah bendera merah putih. Saya kemudian bertanya dalam hati, apakah ini pesawat pertama yang dimiliki negara kita, Indonesia ? Entahlah..., pertanyaan tadi belum terjawab hingga sekarang. Bagi Anda yang tau betul kisahnya, bisa menjawab dalam kolom komentar. Terima kasih sebelumnya.
Halaman depan anjungan NTT di TMII |
Indonesian Airways "RI-001" |
Gerbang masung anjungan NTT, diapiti 2 patung Komodo |
Patung yang menggambarkan ciri khas masyarakata NTT (Flores) |
Salah satu patung manusia yang menggakat 2 jarinya, seolah-olah mau mengatakan: "Salam 2 jari" |
Salam Sejuta Mimpi.....
0 Komentar