![]() |
Suasana Missa Paskah Anak-anak |
Mestinya sekarang saya belajar untuk menghadapi Ujian Tengan Semester (UTS)
yang dilaksanakan mulai esok (20/4), bukan malah menulis. Tapi, entah kenapa,
semain saya beniat menunda untuk menulis, semakin tidak tenang hati ini untuk
belajar. Tidak puas jika cerita ini hanya tersimpan dalam angan-angan. Ya...mungkin
akan terasa biasa saja bagi Anda, tapi karena baru pertama kali mengalami hal
ini, saya bersemangat untuk berbagi cerita ini yang kiranya bermanfaat.
Hari ini, sebagaimana umat kristen lainnya, saya mengikuti misa dalam
rangka hari raya Paskah. Ada beberapa pilihan jadwal misa yang bisa saya ikuti,
sesuai keinginan atau kesempatan. Tanpa mengetahui informasi yang jelas, saya
memutuskan untuk mengikuti missa kedua, tepat pukul 08.00 di Gereja Sta. Maria
Bunda Tak Bercela-Ngagel, Surabaya. Setiba di gereja, saya cukup kaget karena
hampir sebagian besar kursi dipenuhi oleh anak-anak. Ternyata misa kedua
tersebut dikhususkan bagi anak-anak. Saya memutuskan untuk tidak pulang dan
menempati tempat duduk dekat kumpulan orang dewasa, orang tua dari anak-anak.
Sesaat setelah misa dimulai, ada hal yang berbeda dari kebiasaan
sebelumnya. Saat memberikan pengantar (sebelum pernyatan tobat), Pastor yang
memimpin ibadat mempersilahkan seorang anak untuk mendeklamasikan sebuah puisi.
Bagi saya, pemandangan seperti itu merupakan hal baru, dan menurut saya sangat
kreatif dan unik. Kira-kira begini bunyi puisi sang anak tadi : (sebagian saja
yang terekam)
..................................................................
Waktu terus merambat, proses
rekayasa semakin sempurna
Sampai.....
Tiba saatnya dicambuk,
Tiba saatya didera,
Tiba saatnya memanggul salib,
Tiba saatnya dipaku,
Tiba saatnya disalibkan,
Dan tiba saatnya meregang nyawa.
Demikianlah kulminasi kasih Tuhan
Telah dinyatakan bagi penebusan bagi
dosa umat manusia.
Saya begitu takjub mendengar puisi yang dibawakan anak tersebut. Jika tidak
salah menafsir, usianya sekitar 10 tahun. Anak perempuan imut tersebut dengan
tepat berdeklamasi dilihat dari mimik, intonasi, dan penghayatannya. Belum tentu
saya sebaik anak tadi dalam membacakan puisi. Sungguh luar biasa. Kekaguman saya
tidak berhenti di situ. Petugas liturgi juga diambil alih oleh anak-anak, mulai
dari lektor (pembacaan kitab suci), pemazmur, dan koor.
Tibalah saat homili, Pastor memberikan pesan Paskah sesuai bacaan Kitab
Suci hari Paskah. Karena audience atau
umatnya anak-anak, tidak mungkin membawa khotbah dengan cara konvensional. Kali
ini, baru pertama kali saya menyaksikan bagaimana seorang Pastor bisa
berkhotbah dengan metode yang sesuai dan sangat menarik bagi anak-anak, bahkan
saya sebagai orang dewasa pun ikut tertarik.
Gaya bicara Pastor berubah 100%, mirip pembawa acara anak-anak di TV atau
radio. Dengan metode story telling, anak-anak
begitu antusias dan penuh semangat setiap kali Pastor bertanya atau meminta
komentar. Pastor juga menggunakan alat peraga. Sebuah boneka tangan, yang
dikisahan sebagai tokoh anak-anak sahabat Pastor yang bernama ACI (lihat gambar).
![]() |
Pastor/Romo saat berkhotbah bersama temannya Aci (Boneka tanga) |
“Romo, pagi hari ini, ditemani teman Romo. Teman Romo ini diantar sama
Frater. Kita panggil sama-sama ya...”, begitulah Pastor memulai khotbahnya. Dia
pun melanjutkan; “ Frater, teman Romo tolong diantar dong”. Datanglah seorang Frater
sambil membawa sebuah boneka. Selanjutnya Pastor tadi bercerita dengan
manipulasi boneka tersebut. Untuk lebih mudahnya, Anda bisa membayakan seperti
Ria Enez bersama boneka Suzan-nya.
Khobat kali ini bagi saya merupakan tontonan yang atraktif, apalagi bagi
anak-anak. Melalui metode tersebut, Pastor memperkenalkan secara sederhana apa
itu Paskah, kenapa Yesus disalibkan dan wafat, apa itu kebangkitan, apa itu
dosa, dan hal lain yang berkaitan. Sederhana tapi mengena.
Dari kejadian hari ini saya menyimpulkan bahwa Pastor beserta panitia
Paskah sangat kreatif dalam memperkenalkan ajaran Iman dengan metode yang
tepat. Saya pun semakin meyadari bahwa, dalam menghadapi atau berhubungan
dengan orang lain, kita mesti memikirkan cara/metode yang spesifik. Setiap orang
unik, tidak ada yang sama sehingga akan berbeda pula dalam berpikir, memberi
persepsi terhadap suatu hal. Apalagi berkaitan perbedaan usia perkembangan,
kita mesti menyesuaikan diri agar diterima dan berguna secara maksimal bagi
mereka.
Demikian saja tulisan saya kali ini. Dalam rangka Paskah, secara spesial
saya mengucapkan: “Salam damai Paskah bagi Anda yang merayakannya. Kristus
bangkit...Kita juga harus B A N G K I T...!!! dalam setiap usaha dan karya
masing-masing. Tuhan memberkati....”
0 Komentar