PING!!!

Sebagian perjalanan hidup saya, bisa dibilang cukup terlambat dibanding  yang lainnya. Dulu, saat awal menikmati masa-masa SMA, saya tiba-tiba diliputi rasa tidak nyaman lingkungan pendidikan formal, apalagi sekolah yang mewajibkan siswa/i tinggal di asrama sekolah. Ada begitu banyak aturan -yang menurut saya saat itu- sungguh membelenggu kebebasan dalam menentukan keinginan. Hal itulah yang mendorong saya berhenti sekolah, meski membuat orang tua dan keluarga cukup jengkel.

Nah, ternyata saya tidak konsisten dalam mengambil keputusan. Dalam berjalannya waktu, saya kembali ingin bersekolah. Hal itulah yang saya maksudkan dengan "terlambat" dibanding dengan yang lainnya, khususnya dalam mengenyam pendidikan formal. Saat teman-teman kelas semasa SMP sudah masuk perguruan tinggi, saya masih menggunakan putih abu-abu.

Tidak berhenti di situ, saat kuliah, kembali saya alami hal yang hampir sama. Saat disiplin mulai dihayati dan diimplementasikan, kampus tempat saya kuliah, disinyalir tidak memiliki izin operasional alias ilegal. Lagi-lagi saya mengulang di tempat baru. Kini, teman-teman yang mulai kuliah sama-sama tahun 2008 silam sudah mendapat gelar “S.Kep.,Ns”, saya masih on the way (OTW) menujur gelar tesebut.

Bukan hanya bidang pendidikan formal, penggunaan barang atau aplikasi teknologi informasi juga merupakan bagian hidupku yang tergolong terlambat. Saat jaringan telekomunikasi seluler sudah terpasang di daerahku, saat masih SMA, teman-teman dekat langsung menggunakan HP masing-masing. Saya, 1 tahun kemudian baru menggunakan HP, itupun setelah saya paksa-paksa orang tua untuk dibelikan.

Masa saya kuliah, tahun 2008 silam, teman kampus sering membicarakan mengenai media sosial facebook. Saya skeptik dengan media tersebut, atau lebih tepatnya, saat itu belum tau menggunakannya. Masih gaptek, gagap teknologi. Barulah tahun 2009 saya buat akun, namun tidak aktif menggunakannya. Saat ini tidak perlu ragu lagi, sangat fasih dengan FB.
Setelah itu, bermunculan media komunikasi lainnya, baik berupa hardware atau berupa software, aplikasi yang bisa diinstal pada alat komunikasi. Ada BB, twitter, WA, dan masih banyak lagi.
Saya tidak memiliki hp BB, akibatnya tidak pernah mengetahui manfaat dari aplikasi yang disediakan untuk berkomunikasi. Namun, baru-baru ini, saat software/aplikasi BBM bisa diinstal pada gadget yang sistem operasi berbasis android, barulah saya menggunakannya. Satu hari, teman kuliah saya mengirim pesan atau tanda “PING!!!”. Anda sebagai pengguna aktif BBM saya yakin sangat memahami maksud kiriman teman saya tadi. Berbeda dengan saya, saat itu cukup terkesima dan kemudian berpikir, “kenapa bisa dia tahu nama panggilan kecil saya ? Padahal kami mulai berkenalan saat kuliah”. Lama-kelamaan, akhirnya saya paham juga maksudnya.

Ia, berdasarkan informasi dari orang tua dan keluarga dekat, saat lahir saya diberi nama, Saverinus Suhardin, dengan panggilan Sefrin. Lebih lanjut mereka jelaskan, saat masih balita, Ayah saya aktif berdagang, lebih tepatnya buka kios di kampung tempat kami tinggal. Barang dagangan diambil langsung dari toko di kota kecamatan, milik seorang keturunan tionghoa. Namanya Baba Ping. Di kampung saya, orang tionghoa khususnya para pemilik toko dipanggil dengan sebutan “baba” sebelum nama panggilannya. Menurut mereka, saya memiliki kemiripan dengan Baba Ping tersebut, akhirnya saya pun dipanggil “PING”. Hampir semua orang, termasuk orang tua, keluarga, warga di kampung saya dari anak-anak hingga dewasa mengenal saya dengan panggilan Ping, bakhan hingga sekarang.

Saat SMP, saya bersekolah cukup jauh dari kampung. Saya bersekolah di sekolah Katolik, SMPK St. Klaus Kuwu-Ruteng dan wajib tinggal di asrama milik sekolah. Saat bertemu orang-orang baru, tentunya kita saling memperkenalkan diri. Saya menyadari, ada 2 nama panggilan yang bisa digunakan, Ping atau Sefrin. Karena saat itu masih trend sinetron Pink yang diperankan oleh Agnes Monica, dimana nama tersebut indentik feminin, maka saya hindari memperkenalkan diri dengan nama Ping. Meski ada perbedaan huruf akhir, tetap saja kedengarannya sama. Pink, Ping, Pink, Ping.

Saat SPM pula, ada kebiasaan teman-teman untuk saling menulis diary. Hal yang ditulis sangat sederhana, semacam CV (Curriculum Vitae) begitu. Namun, agak lebay juga. Biasanya, hal yang diisi itu nama lengkap, nama panggilan, nama samaran, ...dst. Akibat tuntutan tersebut, terpaksa saya ciptakan lagi nama baru untuk diisi pada kolom nama samaran. Setelah lama berpikir, akhirnya saya tentukan dengan nama, “SEAVINTHO”. Nama tersebut dibuat atas inspirasi nama-nama pemain bola terkenal dari Brasil saat itu, dinama huruf akhir dari nama mereka adalah “O”, seperti Ronaldo, Robinho, Ronaldinho, Adriano, dll. Bukan Cuma saya, teman kelas lainnya juga punya nama samaran. Namun, nama ini tidak menyebar luas penggunaannya, hanya teman kelas saja yang mengetahuinya.

Selepas SMA, saya hijrah ke Kota Kupang, ibukota Provinsi NTT, dengan tujuan kuliah. Hari pertama kuliah, sudah menjadi kebiasaan diawali dengan perkenalan diri masing-masing secara bergilir. Tiba gilaran saya.

Saya : “Selamat pagi buat semua, nama lengkap saya, Saverinus Suhardin. Biasa dipanggil, Sefrin.”
Dosen : “Siapa...?” (kayaknya beliau tidak mendengar jelas)
Saya : “Sefffrinnn.....”
Dosen : “Siapa....? Kurang jelas.”

 “Pendengaran Dosen yang salah, atau pengucapan saya yang kurang jelas?”, saya membatin. Dengan cepat saya putuskan untuk ganti nama panggilan saja. 

Saya : “Saver Pak, nama panggilan saya, SAVER...”
Dosen : “Ohh..., Saver. Ok, lanjutkan”.
Saya : “Saya berasal dari Lembor, Kab. Manggarai Barat. Tamatan dari SMAK St. Don Bosco-Ruteng. Terima kasih”.

Semenjak itu, bagi teman-teman kuliah di Kupang mengenal saya dengan panggilan Saver. Pernah juga saya plesetkan nama kecil saya Ping, dengan sebutan Dhopink. Lebih lengkapnya Dhopink Suhardin, pernah menjadi nama profil akun FB, sebelum diganti lagi dengan Saverinus Suhardin. Nama Dhopink suhardin ini dikenal oleh sebagian teman-teman saya, dan kadang-kadang masih memanggil dengan nama itu sampai sekarang.

Setelah menyelesaik pendidikan D3 Keperawatan, saya melanjutkan pendidikan di Surabaya, tepatnya di FKp Unair. Saat perkenalan, saya tetap pertahankan nama panggilan Saver. Namun, karena tinggal sementara di pulau Jawa, di depan nama Saver ada tambahan kata Mas, sehingga menjadi, “Mas Saver”. Jadi, yang namanya Sefrin, Ping, Seavintho, Dhopink, Saver, adalah Saverinus Suhardin. Apakah ini masih normal ? Ruwet juga. Sekian saja, salam Sejuta Mimpi...

Posting Komentar

0 Komentar