Secuil Kisah Dari Kuliah Umum Sang Professor


Hari ini saya cukup galau, lantaran belum muncul ide untuk menulis. Bahkan kemarin saya melewati hari tanpa ada tulisan yang diposting  pada blog kebanggaan “sejuta mimpi’. Menyesal, kecewa, merasa bersalah, itulah yang saya alami sekarang. Tapi, sudalah... life must go on. Hari ini harus bangkit kembali, harus menulis lagi, biar blog tidak sepi.
            Sementara dalam kondisi galau, tiba-tiba terdengar dari radio -yang sejak tadi saya hidupkan- sebuah acara ‘Kata Hari Ini’. Acara yang satu ini sangat saya suka, dimana menjelaskan makna/arti kata yang dipolesi dengan contoh penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Kurang lebih seperti berikut ini yang dibahas dalam acara ‘Kata Hari Ini’ ; “Pendengar, kembali lagi bersama kami dalam acara Kata Hari Ini. Kata yang akan kita bahas adalah ‘tawuran’. Tawuran adalah perkelahian beramai-ramai atau perkelahian massal. Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang tawuran antar pelajar. Masalah tawuran antar pelajar bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru sebagai pendidik, tetapi juga orang tua, keluarga, tokoh agama dan masyarakat umum. Berdasarkan hasil penelitian, penyebab utama tawuran adalah kuranganya komunikasi....bla,bla,bla.... dst.”
            Pembaca, kurang lebih  seperti itu yang saya tangkap dari acara ‘Kata Hari Ini’ di radio. Point penting yang saya ambil adalah tentang pentingnya komunikasi. Komunikasi yang salah bisa berakibat fatal, salah satunya tawuran seperti yang dibahas di atas. Sebaliknya komunikasi yang terjalin dengan baik akan mendatangkan manfaat, seperti maksud pembicaraan tersampaikan dengan baik dan tepat sasaran, tidak ada konflik yang tejadi, damai dan tenang.
            Berbicara tentang komunikasi, baru-baru ini kami kedatangan tamu istimewah yag memberikan kuliah umum di kampus tempat saya bekerja, dengan topik komunikasi terapeutik. Sebenarnya topik tersebut biasa saja, dan sudah didapat atau dipelajari dalam mata kuliah komunikasi keperawatan. Namun, hal yang membuatnya jadi istimewah adalah pembicara atau pembawa materi tersebut sangat expert dalam bidang/topik tersebut. Dia adalah Prof.Dr. Budi Anna Keliat, M.App.Sc, salah satu perawat yang sudah mendapat gelar profesor, pengajar atau dosen di FIK UI. Namanya sangat familiar dalam komunitas perawat, apalagi saat mempelajari keperawatan jiwa biasanya buku karangannya menjadi referensi utama. Beliau bersama kawan-kawannya adalah pencetus berkembangnya keperawatan jiwa di Indonesia. Sungguh luar biasa, saya sangat kagum dengannya dan senang bisa melihat secara langsung dari dekat.
            Saat itu, saya tidak berperan sebagai peserta kuliah umum melainkan sebagai juru kamera, yang bertugas mendokumentasi selama kegiatan berlangsung. Biarpun begitu, saya tetap mengikuti jalannya perkuliahan dengan baik.
“Komunikasi terapeutik itu apa ?”. Itulah pertanyaan pembuka yang disampaikan beliau pada mahasiswa yang hadir. Banyak jawaban dari mahasiswa yang variatif, namun intinya, komunikasi terapeutik  merupakan komunikasi yang memberikan dampak terapi.
Suasana perkuliahan sangat menarik, interaktif, dan tidak membosankan. Setiap materi yang dijelaskan pasti disertakan dengan contoh yang aplikatif. Itu yang saya rasakan, dan kelihatannya peserta kuliah umum begitu antusias.
            Pada akhir sesi ceramah beliau meminta 2 orang mahasiswa peserta kuliah umum, untuk mempraktikan atau bermain peran strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik. Kasus yang diberikan adalah pasien dengan hipertermi. Di sinilah yang menarik. Mahasiswa yang berperan sebagai perawat cukup repot. Kalimat yang diucapkannya belepotan, bahkan kadang-kadang membuat peserta lain tertawa.
Perlu diketahui, mahasiswa yang bermain peran ini sudah berada pada tingkat akhir, dan sudah berulang kali melakukan prakti klinik di rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik jarang dipraktikan di lapangan. Secara teori memang sudah dikuasi dengan baik, namun penerapannya belum tentu. Saya juga termasuk dalam golongan ini.

Pembaca, kalau dipikir-pikir semua ilmu yang kita pelajari baik itu ilmu agama, hukum, alam, sosial, kesehatan, dan lain sebagainya sangat bagus kandungannya untuk kelangsungan hidup kita di dunia ini. Namun entah kenapa, tidak semuanya dapat diaplikasikan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Perlu diingat, ilmu tanpa penghayatan atau penerapan adalah sia-sia, layaknya sebuah ayat di kitab suci; “Iman tanpa perbuatan adalah mati”. Sekian saja, semoga bermanfaat... Salam Sejuta.

Posting Komentar

0 Komentar