Masalah Kesehatan di Indonesia*

Masalah Kesehatan di Indonesia
Acara live serah terima menteri kesehatan

Saya salah satu dari 345 orang yang mengikuti acara pisah-sambut Menteri Kesehatan RI lewat siaran langsung di akun FB resmi kementerian tersebut. Sebagai bagian dari tenaga kesehatan, saya merasa perlu tahu isu-isu terkini yang menjadi prioritas pemerintah.

Usaha mendengarkan siaran langsung ini tidak semudah yang dibayangkan. Kadang diusik oleh sinyal internet yang terputus-putus.

Saat mendapati sinyal bagus, saya mendengar seorang bapak berpidato, -entah siapa dan apa jabatannya, yang jelas dia sedang menyampaikan apa saja yang telah dikerjakan Kemenkes selama 5 tahun terakhir.

Beberapa yang saya dengar tentang keberhasilan program Nusantara Sehat (NS) dan raihan prestasi WTP selama 6 kali berturut-turut.

Sinyal internet kembali terganggu, hingga Menkes yang lama, -dr. Nila Moeloek, berdiri di panggung untuk memberikan sambutan.

Beliau mengakui, bertugas sebagai menteri di Kemenkes itu sarat dengan tantangan. Tidak mudah. Meski begitu, berkat kerja sama semua pihak yang solid, semua bisa berjalan dengan baik.

Lebih lanjut beliau membeberkan pencapaian yang terlah diraih selama kepemimpinannya, khususnya program NS dan NS individu. Hasil evaluasi menunjukkan, keberadaan NS/NSI di daerah terpencil dianggap sebagai intervensi yang efektif dalam mengatasi berbagai persoalan kesehatan.

Saat itu juga, istri dr. Faried Moeloek itu juga mengucapkan terima kasih kepada organisasi profesi yang telah bekerja sama.

Pertama, ditujukan kepada organisasi kebidanan dan kandungan.

Setelah itu, sinyal internet terputus lagi....

Saya berhasil tersambung lagi ketika ahli oftalmologi (mata) itu menyinggung tentang JKN yang masih bermasalah.

Lebih lanjut beliau menekankan pentingnya kegiatan promotif-preventif. Salah satu program yang dianggap berhasil adalah Program Indonesia Sehat - Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Salah satu indikatornya, kasus TBC bisa ditekan dari urutan ke-2 menjadi urutan ke-3 terbanyak di dunia.

"Masih butuh kerja keras lagi," harapnya.

Tantangan lain pasa masalah stunting. Selama ini, Kemeskes telah berupaya mengubah perilaku masyarakat, guna menurunkan angka kejadian stunting. Hasilnya terbukti baik, ada penurunan persentase, meski belum mencapai target yang ditetap WHO, yaitu dibawah 20%.

Guru besar FKUI itu juga mengingatkan tentang masalah lansia dan Penyakit Tidak Menular (PTM) yang cenderung meningkat.

Di balik semua tangangan tersebut, mantan Meskes Kabinet Kerja itu menyebutkan beberapa capaian yang patut dicatat.

Pertama, saat ini 15% bahan baku obat sudah diperoleh dalam negeri.

Kedua, Kemenkes telah menerima 82 penghargaan.

Ketiga, telah berhasil melakukan reformasi birokrasi.

Keempat, 6 kali dinilai WTP (wajar tanpa pengecualian), sehingga tunjangan kinerja di Kemenkes selalu meningkat jumlahnya.

Di akhir sambutannya, beliau berpesan kepada seluruh jajaran di Kemenkes RI, "Tetap jaga diri, jaga teman, dan jaga Kemenkes."

Acara selanjutnya, serah terima jabatan dari Menkes lama ke Menkes baru. Eh, tiba-tiba sinyal internet kabur lagi....

Saya berhasil mengikuti siaran langsung lagi, tepat ketika dr. Terawan Agus Putranto memulai pidatonya.

Setelah berbasa-basi sebentar, dokter pencetus metode pengobatan stroke yang sempat kontroversial itu mengapresiasi kinerja Kemenkes selama ini.

Ada 3 program yang disebutnya sebagai program yang baik dan perlu diteruskan, yaitu Germas, PIS-PK, dan Nusantara Sehat.

Dokter yang kurang mesra dengan organisasi profesinya sendiri (IDI) itu juga mengakui kalau Indeks Pembangunan Manusia kita mengalami peningkatan. Dampaknya, harapan hidup semakin panjang. Ini berkah sekaligus beban, tapi beban yang baik. "Sebab, meski fisiknya sudah tidak begitu kuat, doanya tetap lebih kuat," candanya kemudian.

Selanjutnya, Menkes pada Kabinet Indonesia Maju itu menyampaikan pesan-pesan Presiden Jokowi dalam bidang kesehatan.

Ada 2 pesan utama:
1. Selesaikan masalah stunting
2. Selesaikan persoalan JKN

Ditambah 2 pesan tambahan:
3. Masalah harga obat dan alkes yang terus meningkat.
4. Masalah bahan baku obat dan alkes yang masih kurang menggunakan sumber daya dalam negeri.

Pada bagian akhir pidatonya, alumni S2 spesialisasi radiologi Unair Surabaya itu mengingatkan kembali 7 pesan Bapak Presiden buat para menteri. Kalau bagian ini tidak perlu saya tuliskan lagi, karena sudah banyak beredar di medsos.

***

Setelah menyaksikan acara pisah-sambut tersebut, saya menemukan kesamaan fokus program Kemenkes RI kali ini dengan rencana masalah penelitian untuk thesis saya nantinya.

Sudah sejak lama saya menetapkan stunting sebagai topik utama penelitian. Bukan tanpa sebab, NTT sebagai tanah kelahiran saya menjadi salah satu gudang masalah tersebut.

Semoga saya bisa menyumbangkan sesuatu untuk solusi masalah tersebut. Amin...

  (*Tulisan ini sebelumnya tayang di Facebook tanggal 24 Oktober 2019)


 


Posting Komentar

0 Komentar