Munculnya Minat Berlatih Menulis (Bagian I)

Semestinya tulisan ini belum saya tulis sekarang. Saya berencana, jika mimpi menjadi penulis tetap konsisten, dan menghasikan karya nyata, minimal artikel opini “tembus” ke media massa, atau jika Tuhan berkehendak bisa menghasilkan buku juga, barulah saya menulis dengan tema ini. Kenapa begitu ? Saya merasa sangat risih, lantaran baru mulai latihan menulis saja, sudah bergaya menggurui orang lain.
Sebenarnya bukan maksud saya menggurui Anda, apalagi kalau Anda seorang yang sudah profesional dalam dunia kepenulisan. Tulisan ini lahir, karena kegelisahan saya mengenai permintaan seorang teman kuliah. Namanya Mas Deby, teman kelas di Program Pendidikan Ners Unair. Saat mem-posting tulisan di page FB kemarin (26/02/2014), teman tadi meminta saya untuk berbagi kiat menulis. “Saya sangat suka menulis, ayo kita buat terobosan dan mau banyak belajar. Bagi ilmunya Mas Bro”, kira-kita seperti dia menulis komentarnya.
Kalau sudah demikian kondisinya, tentu tidak berdaya bagi saya menolak. Tidak peduli teman tadi bermaksud serius atau hanya guyon semata, saya anggap saja Dia memang butuh informasi bagaimana kiat-kiat menulis. Jadi, saya tulis saja apa yag saya alami. Bagi Anda yang masih meragukan saya, silahkan pindah “channel”.

Tahun 2010 (Saat Kuliah di AKPER Maranatha Kupang)
Seperti tertera pada sub judul di atas, saat itulah keinginan menulis muncul dalam benak saya. Entah mengapa, saya merasa iri, gelisah,  melihat tulisan-tulisan opini di media massa sudah dihiasi penulis muda, dari kalangan mahasiswa. Tidak dipungkiri, tulisan mereka bagus, “enak” dibaca, mudah dipahami, inspiratif, dan solutif.
Melihat kenyataan tersebut, saya putuskan menjadi penulis. Saya putuskan sendiri, dalam lubuk hati yang paling dalam ingin jadi penulis, tidak ada satu pun orang yang saya ceritakan saat itu. Lalu, saya mencari jalan untuk mewujudkannya. Dari beberapa buku yang saya baca, tulisan online, saya menemukan nasehat, yang ternyata relevan dengan setiap pendapat penulis hebat yang pernah ada hingga kini, yakni: “Banyaklah membaca”.
Ia, sejak saya itu saya mulai menggilai baca. Baca apa saja. Materi kuliah tentunya tetap prioritas untuk dibaca. Tambahannya berupa koran, majalah, buku di perpustakaan kampus, hingga tulisan online via fasilitas internet. Portal berita online yang sering saya baca saat itu adalah Kompas.com (mukan maksud beriklan), karena mudah diakses lewat HP, serta mempunyai reputasi yang baik secara nasional, meski menghabiskan cukup banyak pulsa.
Setelah lama bergelut dengan Kompas.com, secara tidak sengaja saya mengenal portal Citizen Journalism online yang unik yakni, Kompasiana.com. Dari segi nama, kita bisa menduga blog tersebut milik pihak Kompas. Betul sekali, hanya ada perbedaan yang fundamental. Kalau berita di Kompas.com itu ditulis oleh wartawan, menyajikan fakta apa adanya. Sedangkan Kompasiana.com merupakan portal online, yang mana, para penulisnya adalah siapa saja yang ingin menulis. Menurut saya, tulisan yang disampaikan oleh member blog tersebut variatif, menarik. Selain meyajikan fakta, diselipkan juga opini penulis. Rubrik yang sering saya baca adalah Humaniora dan Kesehatan.
Saking sering membaca Kompasiana.com, akhirnya 08 Agustus 2013 saya paksakan diri menjadi Kompasioner (sebutan bagi member Kompasiana.com). Setelah menulis hanya 2 artikel, saya vakum cukup lama tidak menulis, apalagi hanya sekedar membuka akun tersebut. Hingga akhirnya, password akun tidak diingat kembali. Mubazir jadinya. Tidak perlu saya beberkan alasan saya kenapa tidak rutin menulis, soalnya, salah satu kiat menulis adalah tidak boleh terlalu banyak beralasan. Saya harap Anda memahami itu.

Tahun 2013 (Setelah menyelesaikan pendidikan D3 Keperawatan)
Spirit menjadi penulis lahir kembali. Lalu, dengan semangat saya mendaftarkan ulang. Saya buat akun baru, dengan harapan bisa terus konsisten berlatih menulis. Dan terwujud juga, resmi jadi Kompesioner kedua kalinya tanggal 14 Juni 2013. Mulailah untuk berlatih kembali. Saya menulis dengan teknik yang disaran beberapa penulis, yaitu menulis bebas. Maksudnya, apa saja yang ada dalam pikiran, ditulis saja, asal tetap sopan, tidak mengandung sara. Jika Anda penasaran, silahkan klik link ini: http://www.kompasiana.com/suhardin. Kalau Anda ingin melihat akun yang lama, bisa klik di sini: http://www.kompasiana.com/Saverinus_Suhardin
Tampilan Akun Kompasiana I
Tampilan Akun Kompasiana II








Bagi yang ingin berlatih menulis, menjadi Kompasioner tentunya bermanfaat. Di situs tersebutlah kumpulan penulis dari kelas “ringan”, hingga “berat”. Banyak ilmu yang akan kita peroleh jika pandai memanfaatkannya. Setiap postingan, pasti akan dibaca, paling tidak beberapa member dari ribuan, yang dengan tulus memberi penilaian akan kualitas tulisan kita, beserta komentar yang positif, serta ada pula yang negatif, penuh kesinisan. Bagi saya, hal tersebut merupakan atmosfer yang menantang untuk terus belajar. 
Mungkin itulah sedikit gambaran mengenai Kompasiana.com. Anda bisa menjadi member, siapa saja boleh, tidak perlu takut dengan mutu tulisan, karena semua akan dimuat. Lain hal kalau tulisan Anda hasil plagiat, maka akan didiskualifikasi oleh admin. Sekian dulu bagian I, nanti akan diteruskan pada segmen berikutnya. Kalau Anda tertarik mengetahui kelanjutannya, mohon komentarnya. Terima Kasih... Salam Sejuta Mimpi !!!

Posting Komentar

0 Komentar