Pembaca,
saya perlu jujur bahwa pengetahuan tentang bunga cukup minim. Dulu, saya bahkan
semua orang di kampung menamakan satu jenis bunga dengan sebutan bonsai. Bunga
tersebut kami biasa tanam di sepanjang pagar rumah, atau pembatas paling luar
dari taman bunga di lingkungan sekolah. Daunnya ada yang berwarna hijau dan ada
pula yang paling dominan berwarna kekuningan. Batangnya sedikit berduri. Bunga
ini kami selalu pangkas daunnya agar kelihatan rapi. Dan semua orang termasuk
saya, ketika ditanyai nama bunga tersebut, otomatis menjawab “bunga bonsai”. Modelnya seperti berikut ini.
Hari ini, pagi-pagi sekali saya
bangun. Saya hidupkan notebook untuk membuat tulisan ‘bebas’ lagi sebagai bahan
pengisi blog pribadi. Program Microsoft Office Word 2007 sudah terpampang di
layar notebook, namun ide tulisan belum juga muncul-mucul. Tiba-tiba saya
teringat dengan bunga bonsai, dan ingin menulisnya tentangnya. Tapi, entah
kenapa saya ragu menulis. Saya takut nama bunga yang saya tulis salah atau
tidak sama yang diketahui halayak ramai.
Untungnya saya punya program Kamus Besar Bahasa Indonesi
(KBBI) –offline. Dengan memasukan kata “bonsai” lalu klik pada tombol “cari”,
maka munculah arti yang sebenarnya yaitu: tumbuhan kerdil, diperoleh dengan
menanamnya dalam pot dengan cara tertentu (pot dangkal, pemangkasan akar dan
cabang, pemupukan terkendali, dsb); tanaman yang dikerdilkan.
Saya tercengang saat membaca arti leksikon dari kata
bonsai tersebut. Pemahaman saya dan orang-orang di kampung selama ini tentang
bonsai ternyata keliru. Ternyata itu bukan nama satu jenis bunga, melainkan
setiap bunga atau jenis tumbuhan lainnya yang dikerdilkan dengan cara memangkas
daun, dahan, akar, cabang, pucuk, serta bagian lainnya dinamakan bonsai. Saat
kita memangkas pucuk pohon / bunga agar tidak tumbuh tinggi dan terlihat indah
/ rapi sesuai keinginan, berarti kita membonsai pohon / bunga tersebut.
contohnya pohon yang berhasil dibonsai adalah beringin, itu yang saya tahu,
mungkin banyak juga tumbuhan lainnya.
Sebenarnya ada sebuah kisah yang mau sampaikan tentang
bonsai, tapi biar kita punya persepsi yang sama, makanya saya jelaskan dulu
seperti di atas. Kisahnya seperti berikut ini.
Kejadiannya terjadi saat kelas
I SMA, di SMAK Sta. Familia-Lembor,
Manggarai Barat, NTT. Saat itu kami kedatangan tamu istimewah, seorang alumni
dari sekolah tersebut, yang sudah jadi Pastor (Rohaniwan Katolik) dan bekerja
di luar negeri. Mohon maaf saya lupa nama tamunya, dan daerah tugasnya di luar
negeri. Memang itu kurang penting, yang penting bagi saya saat itu adalah nasehat
yang dia berikan untuk kami. Kira-kira begini nasehatnya: “Adek-adek sekalian, kalau
kita melihat bunga yang dibonsai (baca: dipangkas rapi secara rutin), pasti
kesan pertama saat Anda melihatnya adalah perasaaan kagum karena terlihat
indah, rapi. Tapi ada hal yang perlu kita ingat, seandainya saja bunga tersebut
seperti manusia, maka pasti akan merasa kesakitan bahkan menangis saat bagian
tubuhnya dipotong/dipangkas. Begitupun kehidupan adik-adik sekalian di asrama
dan sekolah seperti tumbuhan yang dibonsai. Mungkin secara pribadi anda punya
keinginan untuk melakukan apa saja sesuka hati, tapi dengan adanya aturan maka keinginan
tersebut dipangkas / dipotong atau dibonsai oleh aturan. Tentunya Anda merasa
sakit, tidak enak, marah, jengkel, bahkan tersiksa. Walau begitu, anda tidak
boleh menghindarnya. Cobalah beradaptasi dengan baik, jalani aturan dengan
penuh kesadaran dan dengan senang hati. Percayalah..., nanti Anda akan telihat “indah
dan rapi” seperti tanaman yang dibonsai tadi”.
Pembaca, begitulah cara sang
tamu tadi memberi nasehat untuk kami. Karena penyampaiannya unik dengan
menganalogikan tumbuhan yang dibonsai
seperti kehidupan kita dibonsai juga dengan aturan.
Berbicara tentang aturan, pasti
ada yang suka dan tidak suka jika hidupnya diatur oleh arang lain. Bagaimanapun
respon masing-masing orang, sebenarnya aturan sangat penting. Bayangkan saja
kalau kehidupan di negara kita tanpa aturan berupa UUD dan turunannya, pasti
akan kacau balau. Tidak heran jika komunitas perawat sekarang sedang berjuang
sekuat tenaga, agar profesi yang dimulia ini diatur dalam sebuah UU khusus
untuk perawat. Saya bangga dengan komunitas perawat, secara sadar ingin
profesinya diatur / dibonsai dengan baik agar bisa menjamin dalam memberi
pelayanan keperawatan yang aman dan nyaman untuk masyarakat dan untuk profesi
perawat itu sendiri. Maju terus perawat Indonesia, kiranya UU Keperawatan
segera disahkan.
Baiklah pembaca, itu saja
yang bisa saya tulis saat ini. Silahkan Anda memetik sendiri makna yang bisa
kita ambil dari cerita di atas. Kiranya bermanfaat untuk kita semua. Salam sejuta.....
0 Komentar